Selasa, 19 September 2017

TOLERANSI OABAT



TOLERANSI OBAT
Ketika mengonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang akan timbul suatu fenomena yang disebut dengan toleransi obat, sehingga ada kebutuhan untuk menambah dosis obat demi mendapatkan efek obat seperti yang diinginkan. Toleransi obat ini juga bisa dipakai untuk menentukan tingkat adiksi seseorang.
Toleransi Obat adalah peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus menerus untuk mencapai efek terapeutik yang sama.
ada beberapa jenis toleransi obat, yakni
·        Toleransi farmakokinetik.
·        Toleransi farmakodinamik.
·        Toleransi yang dipelajari.
·        Toleransi Primer.
·        Toleransi Sekunder.
·         Toleransi Silang
Toleransi farmakokinetika adalah perubahan distribusi atau metabolisme suatu obat setelah pemberian berulang, yang membuat dosis obat yang diberikan menghasilkan kadar dalam darah yang semakin berkurang dibandingkan dengan dosis yang sama pada pemberian pertama kali. Mekanisme yang paling umum adalah peningkatan kecepatan metabolisme obat tersebut.

 Contohnya adalah obat golongan barbiturat. Ia menstimulasi produksi enzim sitokrom P450 yang memetabolisir obat,sehingga metabolisme/degradasinya sendiri ditingkatkan, atau dalam pengunaan rifampisin atau penggunaan obat obat tubercolosis yg harus ditingkatkan kadar atau dosisnya.

Karenanya, seseorang akan membutuhkan dosis obat yang semakin meningkat untuk mendapatkan kadar obat yang sama dalam darah atau efek terapetik yang sama. Sebagai tambahan infromasi, penggunaan barbiturate dengan obat lain juga akan meningkatkan metabolisme obat lain yang digunakan bersama, sehingga membutuhkan dosis yang meningkat pula.

Toleransi farmakodinamika merujuk pada perubahan adaptif yang terjadi di dalam system tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sehingga respons tubuh terhadap obat berkurang pada pemberian berulang dikarenakan reseptor yg berkurang kepekaan nya atau sensivitasnya.

 Hal ini misalnya terjadi pada penggunaan obat golongan benzodiazepine, di mana reseptor obat dalam tubuh mengalami desensitisasi, sehingga memerlukan dosis yang makin meningkat pada pemberian berulang untuk mencapai efek terapetik yang sama,Hal ini juga terjadi pada penggunaan antibiotik. Dalam penggunaan jangka panjang, tubuh akan menjadi resisten terhadap antibiotik sehingga membutuhkan penambahan dosis atau pergantiann jenis dan spektrum  untuk mendapatkan efek yg maksimal.


Toleransi yang dipelajari (learned toleranceartinya pengurangan efek obat dengan mekanisme yang diperoleh karena adanya pengalaman terakhir, atau tubuh pernah menggunaka zat atau obat tersebut.
Kebutuhan dosis obat yang makin meningkat dapat menyebabkan ketergantungan fisik, di mana tubuh telah beradaptasi dengan adanya obat, dan akan menunjukkan gejala putus obat (withdrawal symptom) jika penggunaan obat dihentikan.
 Misalnya orang yang sudah mempelajari efek alkohol terhadap tubuhnya masih dapat mengendalikan tubuh untuk tidak mabuk atau juga Sehingga ketika dites berjalan lurus, ia masih sanggup ataupun pada penggunaan simvastatin yg membuat rasa lemas namun jika tubuh sudah terbiasa menggunakannya rasa lemas akan hilang ataupun tak terasa lagi.
 Ketergantungan obat tidak selalu berkaitan dengan obat-obat psikotropika, namun dapat juga terjadi pada obat-obat non-psikotropika, seperti obat-obat simpatomimetik dan golongan vasodilator nitrat

          Toleransi Primer ( bawaan ), Peristiwa tidak berefeknya obat pada manusia atau binatang yang dalam tubuhnya atau bawaan lahir nya sudah intoleransi terhadap suatu bahan atau zat tertentu di dalam obat , dimungkinkan karena DNA atau adanya sel imun yg toleran terhadap suatu zat tertentu.

Misalnya terhadap beberapa individu yg intoleran terhadap golongan antibiotika penisilinatau beberapa golongan lainnya.

          Toleransi Sekunder
, peristiwa yang bisa timbul setelah menggunakan suatu obat selama beberapa waktu dan membutuhkan kenaikan dosis atau pergantiaan jenis zat dikaremakan tubuh telah resisten atau berkurangnya kepekaan tubuh terhadap obat atau suatu zat dalam kadar tertentu maka dibutuhkan kenaikan dosis atau pergantian jenis zat atau obat.

          Misalnya Pengunaan antibiotik yg terus menerus sehingga diperlukan kenaikan dosis . atau pada penggunaan obat darah tinggi yg dipakai berkala sehingga tubuh tidak atau kurang merespons terhadap kadar zat tersebut contoh penggunaan amlodipine 5 mg yg digunakan setiap hari sehingga tubuh atau saraf reseptor  membutuhkan kadar yg berlebih sehingga dosis dinaikan jadi 10 mg  

          Toleransi Silang, peristiwa penggunaan obat antara zat zat dengan struktur kimia serupa atau kadang kadang antara zat zat yang berlainan misalnya alkohol dan barbital yg akhirnya akan timbul efek yang berlebihan sehingga tubuh merespons struktur yg sama itu sebagai suatu zat yg sama sehingga dianggap obat tersebut memiliki kadar yang tinggi.

          Misalnya pada penggunaan fenobarbital dan buto barbital secara bersamaan pada kasus epilepsi


Di samping toleransi, ada pula variabel lain yang dapat memicu adiksi. Antara lain obat yang terdiri dari ketersediaan obat dan kemurnian obat, dan lingkungan.

Di sisi lain, adiksi atau ketagihan obat ditandai dengan adanya dorongan, keinginan untuk menggunakan obat walaupun tahu konsekuensi negatifnya. Obat-obat yang bersifat adiktif umumnya menghasilkan perasaan euphoria yang kuat dan reward,yang membuat orang ingin menggunakan dan menggunakan obat lagi. Adiksi obat lama kelamaan akan membawa orang pada ketergantungan fisik juga.


 DAFTAR PUSTAKA

Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran.(2002).“Farmakologi Dan Terapi Edisi 4 Cetak Ulang”. Depok:Gaya Baru Jakarta
http://anakfarmasisukses.blogspot.co.id/2017/09/farmakologi.html


1 komentar:

  1. Thank you for creating this good site, I will bookmark your website in my browser, why I really like your website, it's because your website provides lots of interesting and very interesting information to read
    domino
    dominoqq
    domino online
    poker online
    betting online
    gambling online
    poker gambling
    domino games

    BalasHapus